PENGEMBANGAN DIGITALPRENEURSHIP MELALUI MODEL QUADRUPLE HELIX UNTUK MAHASISWA BIDIKMISI DI UPI KAMPUS TASIKMALAYA

  • E Nur’aeni Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • D A M Lidinillah Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • O H Pranata Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • L Nur Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • M R W Muharram Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • A Setiawan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • K F Febriyanti Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
  • E Apriyaningsih Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
Keywords: digitalpreneurship, bidikmisi, quadruple helix

Abstract

Potensi akademik yang dimiliki oleh mahasiswa bidikmisi menjadi hal yang perlu menjadi perhatian. Modal prestasi mahasiswa bidikmisi dapat menjadi value positif bagi Universitas. Apalagi, mahasiswa bidikmisi diharapkan menjadi pemutus mata rantai kemiskinan di masyarakat. Sehingga, dibutuhkan program yang konkret dalam rangka pengembangan potensi mahasiswa bidikmisi. Salah satu program yang diselenggarakan adalah program ekonomi kreatif berbasis digitalpreneurship. Digitalpreneurship merupakan salah satu dimensi entrepreneur yang menggunakan ICT sebagai bagian dari media bisnisnya. Sebagai Negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan digitalpreneur. Model yang digunakan adalah Quaruple Helix yang terdiri dari empat tahapan, yakni: pelatihan dan workshop wirausaha, inkubasi bisnis, co-op UMKM, dan roll out pasar. Program melibatkan berbagai pihak, yakni: dosen, mahasiswa, dan pelaku usaha (UMKM). Luaran yang telah dicapai yakni: 1) pelaksanaan program melalui model Quadruple Helix; dan 2) situs mudabisa.com sumber belajar bisnis bagi mahasiswa. Selain itu, program yang dilaksanakan mendapatkan respon positif dari mahasiswa.

References

Andjelkovic, M. 2010. The Future is Mobile: Why Developing CountryEntrepreneurs CanDrive Internet Innovation. SAIS Re-view of International Affairs 30(2), 121-133. The Johns Hopkins University Press

Anggraini, Nenny. 2008. Industri Kreatif. Jurnal ekonomi Desember 2008 Volume XIII No. 3 hlm. 144-151

Alberti, F, Salvatore S, dan Alberto P. (2004). Entrepreneurship Education: Notes on and Ongoing Debate, 14th. Dipresentasikan pada Ent. Conference, University of Napoli Federico II (Italia) 4-7 Juli 2004.

Borstein, D. 2006. How to change the world. Socio entrepreneurs and the power of new ideas.

Dees, J.G. 1998. The meaning of “Socio Entrepreneurshipâ€. Fitriati, R. Socio entrepreneurship-kewirausahaan social. Presentasi FISIP UI.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2007. Studi Industri Kreatif Indonesia. Jakarta: Departemen Perdagangan RI

Depkop. 2017. Ratio Wirausaha Indonesia Naik jadi 3,1 Persen [online]. Tersedia di: http://www.depkop.go.id/content/read/ratio-wirausaha-indonesia-naik-jadi-31-persen. Diakses pada: 15 April 2018

Di Domenico, M., Daniel, E. dan Nunan, D. 2014. Mental mobility in the digital age: entrepreneurs and the online home-based business. New Technology, Work and Employment, 29, 266–281. doi: 10.1111/ntwe.12034

Hulgard, L. 2010. Discourses of socio entrepreneurship-variations of the same theme? EMES European Research Network 2010

Internet World Stats. 2017. Top 20 Contries with the Highest Number of Internet User [ online]. Tersedia di: https://www.internetworldstats.com/top20.htm. Diakses pada: 15 April 2018

Jabarprov. 2018. Kemiskinan di Jabar Turun [online]. Tersedia di: http://www.jabarprov.go.id/index.php/news/26761/2018/01/02/Kemiskinan-di-Jabar-Turun. Diakses pada: 15 April 2018

Mort, G.S., & Weerawardena, J. (2003). Socio entrepreneurship: Toward conceptualisation. International Journal of Nonprofit and Voluntary Sector Marketing. Vol.8,1, pg.76

Nicholls, A. (2006). Playing the Field: A New Approach to the Meaning of Social Entrepreneurship. Social Enterprise Journal, 2.1, pp. 1–5;

Okezone. 2015. 7,5 Juta Penangguran Banyak Bertitel Sarjana [online]. Tersedia di: https://news.okezone.com/read/2015/12/30/65/1277253/7-5-juta-pengangguran-banyak-bertitel-sarjana. Diakses pada: 15 April 2018

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014 nomor 096

Permana, Cipta. 2017. Pengangguran di Indonesia Tinggi Karena Lulusan Perguruan Tinggi Terlalu 'Milih' Pekerjaan [online]. Tersedia di: http://www.tribunnews.com/nasional/2017/11/08/pengangguran-di-indonesia-tinggi-karena-lulusan-perguruan-tinggi-terlalu-milih-pekerjaan. Diakses pada: 15 April 2018

Pikiran Rakyat. 2018. Program Studi Ditambah, UPI Ubah Kuota Penerimaan Mahasiswa [online]. Tersedia di: http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/01/17/program-studi-ditambah-upi-ubah-kuota-penerimaan-mahasiswa-418033. Diakses pada: 15 April 2018

Rachmawati, Ai Rika. 2018. Indonesia Harus Genjot Digitalpreneur [online]. Tersedia di: http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2018/01/18/indonesia-harus-genjot-digitalpreneur-418131. Diakses pada: 15 April 2018

Raharjo, Edzan. Menaker: Sarjana Keluaran Kampus Indonesia tak Langsung Siap Pakai [online]. Tersedia di: https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3640184/menaker-sarjana-keluaran-kampus-indonesia-tak-langsung-siap-pakai. Diakses pada: 15 April 2018

Ristekdikti. 2018. Mohamad Nasir: Perguruan Tinggi harus Kreatif dan Inovatif [online]. Tersedia di: https://www.ristekdikti.go.id/mohamad-nasir-perguruan-tinggi-harus-kreatif-dan-inovatif. Diakses pada: 15 April 2018

Seftiawan, Dhita. 2017. Serapan Tenaga Kerja Lulusan Perguruan Tinggi Masih Rendah [online]. Tersedia di: www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2017/07/19/serapan-tenaga-kerja-lulusan-perguruan-tinggi-masih-rendah-405482. Diakses pada: 15 April 2018

UII. 2017. Perguruan Tinggi Perlu Kembangkan Intrapreneurship [online]. Tersedia di: https://www.uii.ac.id/perguruan-tinggi-perlu-kembangkan-intrapreneurship. Diakses pada: 15 April 2018

CROSSMARK
DIMENSIONS